Gowes Sambil Berbagi

sedekah

“Barang siapa yang tidak mampu memberi apa-apa, dia juga tidak bisa merasakan apa-apa.” – Friedrich Nietzsche (1844-1900)

Barangkali memang benar apa yang dikatakan sang Filsuf sekaligus Penyair yang berasal dari Jerman tersebut. Kita bisa renungkan sendiri-sendiri apa makna dibalik kata-katanya. Dan selanjutnya kita bisa memutuskan untuk menjadi dermawan-dermawan baru di kehidupan ini. Hal itu pula yang sedang kami usahakan di masa muda.

Pagi ini, 21 Februari 2016, saya dan beberapa kawan melakukan hobi kesukaan yang kami jalankan setiap hari Minggunya, gowes. Gowes atau yang biasa kita kenal dengan bersepeda/mengayuh sepeda ini merupakan aktivitas yang menyenangkan sekaligus menyehatkan. Tidak sekedar untuk hobi, namun juga berolahraga.

Gowes yang kami lakukan kali ini tidak seperti minggu-minggu sebelumnya. Karena kami kedatangan seorang teman yang mencetuskan ide gowes baru: Gowes Sambil Berbagi. Ya. Teman kami yang bernama RAS (saya samarkan untuk menghindari hal-hal yang diinginkan, hehe), memiliki ide unik dalam berbagi/bersedekah.

Sebelum memulai acara gowes, RAS memesan 30 bungkus nasi sayur yang nantinya dibagikan pada orang-orang yang layak mendapatkannya. Beberapa di antaranya adalah tukang sapu, tukang becak, pemulung, dan pengemis. Singkat cerita, setelah kami bertujuh (IYP, VAP, DAPA, FSL, RAS, MTJ, dan saya) berkumpul, acara pun dimulai.

kurir-sedekah2

Kami bergegas menuju warung di mana RAS memesan nasi bungkus tadi. Kemudian 30 nasi tersebut dibagi rata 7 orang untuk dibawa masing-masing menggunakan kantong plastik. Perjalanan gowes pun kami mulai dari daerah Cawang. Secara spontan setiap ada tukang sapu, tukang becak, pemulung, dan pengemis di pinggir jalan langsung kami beri masing-masing satu nasi bungkus, lengkap dengan sendok plastiknya.

Yang menarik adalah ketika gowes-an kami berhenti di depan gereja, yang mana pada hari Minggu umat Kristiani/Katholik menjalankan ibadah. Di sana berjajar cukup banyak tukang becak. Ketika kami sampai sana dan mulai memberikan nasi bungkus ke satu orang, tiba-tiba saja tukang becak yang lain ikut mendekat pada kami untuk mendapatkan nasi bungkus juga. Saat itu kami serasa jadi petugas BLT, hahaha. Total ada 7 nasi bungkus yang kami berikan ke masing-masing tukang becak.

Setelah selesai membagikan nasi bungkus di depan gereja daerah Bayeman ini, kami melanjutkan penjalanan. Ketika sampai daerah Alun-Alun Magelang pun, kami berhenti lagi untuk memberikan nasi bungkus. Dimulai dari inisiatif VAP yang memberikan nasi pada pengemis, kemudian saya pun ikut memberikan nasi yang masih tersisa satu bungkus di kantong plastik ke orang yang mengejutkan! Siapa dia?

kurir-sedekah3

Ini unik bagi saya, sungguh tak ku sangka orang berpenampilan compang-camping yang awalnya tampak seperti pemulung, setelah saya dekati ternyata: ORANG GILA! hahahaha! Dengan segera ku berikan saja nasi itu dan kemudian pergi dengan langkah cepat. Hmmm..ada-ada saja xD. Tak apalah, lagipula kasihan juga, siapa lagi yang memberi dia makanan kalau bukan kami yang berkesempatan untuk berbagi.

Setelah itu kami pun meneruskan perjalanan ke Lapangan Rindam. Namun sesuai dugaanku sebelumnya, di sana jauh lebih banyak orang yang berwajah sumringah yang menikmati Car Free Day ketimbang orang prihatin yang layak mendapatkan sedekah. Kami pun berkeliling Lapangan Rindam 2 putaran sebelum akhirnya menemukan pengemis dan pemulung di sana. Segera setelah melihat mereka, kami pun membagikan beberapa bungkus nasi yang masih tersisa. Tak berselang lama, 30 nasi bungkus pun selesai kami bagikan. Lega sekali hati ini. Alhamdulillah…

Tak lupa, sebelum melanjutkan gowes, kami berfoto bersama di samping lapangan. Maklum lah, zaman sekarang kalau nggak berselfie ria sama aja nggak mengikuti perkembangan zaman..xixixi (bisa aja ngelesnya). Setelah puas menyalurkan gejolak narsis ini, kami pun bergegas menuju Soto Pringgading (Soto Khas Semarang) di daerah Botton. Sesampainya di sana, kami segera memesan soto lengkap dengan minumannya.

kurir-sedakah1

Setelah acara sarapan dan bercengkrama usai, ada satu hal yang mengejutkan bagi kami. Ternyata sarapan kali ini ditraktir oleh RAS, sang pencetus ide unik gowes sambil berbagi. Benar-benar orang yang murah hati. Kita doakan sama-sama ya semoga RAS segera mendapatkan jodoh…hehehe…amin! Well, beberapa menit setelah sarapan, kami pun berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Sebuah hari yang menyehatkan sekaligus membahagiakan bagi kami karena memiliki kesempatan untuk berbagi. Wassalam…

5 pemikiran pada “Gowes Sambil Berbagi

Tinggalkan komentar